Kajian Teori tentang Sanatorium
Tulisan saya kali ini di id.sejarahkita.com akan membahas sebuah kajian teori yang menarik tentang sanatorium. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang konsep, fungsi, dan peran penting yang dimainkan oleh sanatorium dalam sejarah kesehatan. Yuk, mari kita eksplorasi bersama lebih dalam mengenai topik yang menarik ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sanatorium merupakan tempat yang diperuntukkan sebagai peristirahatan, pengobatan, serta penyembuhan penyakit tertentu. Sanatorium merupakan rumah sakit khusus atau tempat isolasi untuk penyakit Tuberculosis, sebagai salah satu penyakit yang mematikan dan telah merenggut nyawa banyak orang (Bynum, 2012: 5).
Pembangunan fasilitas sanatorium ini memusatkan perhatiannya pada kondisi iklim dan udara yang sehat dan segar agar proses penyembuhan para pasien penderita Tuberculosis ini juga dibantu oleh faktor dari alam, selain penyembuhan dari faktor penyelenggaraan perawatan dari rumah sakit sendiri yang meliputi diet sehat, olahraga teratur, istirahat, serta pengobatan dan proses terapi dari Tuberculosis itu sendiri pada masa itu.
Sanatorium pada masa awal pembangunan dan pengembangannya bisa dianggap sebagai salah satu terobosan fasilitas kesehatan yang paling mumpuni, karena sebelum ditemukannya obat maupun vaksin penyakit Tuberculosis, sanatorium menjadi satu-satunya jalan bagi para penderita penyakit Tuberculosis untuk sembuh. Pembangunan awal sanatorium ini dipelopori oleh negara-negara di Eropa dan juga dipelopori oleh negara-negara di bagian Amerika Utara di akhir abad ke-19 sampai pada awal abad ke-20 (Daniel, 2005: 9).
Sanatorium memiliki tugas penting dalam mendukung program pemberantasan TBC, antara lain adalah untuk melakukan pelayanan kesehatan yang baik serta memberikan perawatan yang ampuh dalam penanganan TBC.
Selain itu, sanatorium juga memiliki tugas untuk mencegah penyebaran TBC dengan cara mengisolasi pasien dari lingkungan tempat tinggalnya serta memandu pasien untuk menerapkan pola hidup sehat disertai batasan tertentu untuk penyakit TBC, dan juga sebagai pusat diagnosis penyakit TBC untuk daerah sekitar sanatorium.
Prinsip pelayanan kesehatan di sanatorium adalah menerapkan pola hidup sehat, asupan makanan disertai gizi yang seimbang, lingkungan yang sehat dan bersih, istirahat yang cukup disertai olahraga teratur yang dipandu oleh petugas kesehatan (Pope, 1938: 327-337).
Selain untuk memisahkan dan mengobati penderita penyakit Tuberculosis, sanatorium telah mengaplikasikan fungsi terkait dengan semakin pentingnya program penanganan Tuberculosis. Fungsi dari sanatorium dapat diuraikan sebagai berikut:
- Untuk memberikan perawatan medis yang memadai kepada pasien serta memastikan pasien dapat pulih sepenuhnya.
- Untuk membatasi penyebaran Tuberculosis dengan memisahkan pasien Tuberculosis dari masyarakat agar tidak terjadi penularan massal.
- Sebagai pusat untuk mendiagnosis penyakit Tuberculosis di daerah sekitar sanatorium.
- Mengajarkan bagaimana pola hidup sehat agar nantinya pasien yang keluar dari sanatorium tidak terjangkit kembali oleh Tuberculosis (Pope, 1938: 329).
- Lichts (sinar matahari) – sinar matahari jika terkena kulit akan membentuk vitamin D yang dapat membunuh Mycobacterium Tuberculosis. Pasien Tuberculosis akan dijemur setiap harinya pada pukul 06.30-08.00.
- Lucht (udara) – sanatorium dibangun di daerah dataran tinggi atau pegunungan dengan kadar udara yang bersih, sehat, dan kaya oksigen untuk membantu proses penyembuhan pasien Tuberculosis. Dikarenakan sifat aerob bakteri TB, udara yang baik serta sehat serta saluran udara di bangunan sanatorium dapat menekan konsentrasi bakteri Tuberculosis di udara.
- Liefde (kasih sayang) – memberikan perhatian lebih pada para pasien Tuberculosis karena menghadapi stigma buruk dari masyarakat dan harus dikucilkan. Ini akan memberikan dampak positif pada imunitas dan kesejahteraan mental pasien Tuberculosis.
- Levertraan (minyak ikan) – memberikan minyak ikan sebagai usaha meningkatkan imunitas pasien. Ketika seseorang terjangkit penyakit Tuberculosis, tubuhnya menjadi kurus dan mengalami kekurangan gizi karena diserang penyakit (Reviono, 2018: 42-43).
0 Response to "Kajian Teori tentang Sanatorium"
Post a Comment